Minggu, 23 Maret 2008

Kebalikan dunia nyata

Hari Minggu adalah hari yang santai. Aku menonton bioskop trans tv karena keesokan harinya aku liburan ataupun term break . Meskipun aku tidak terlalu suka film horor, aku menonton film horor yang bagiku saat itu sama sekali tidak horor. Maka makin lama aku pun mengantuk dan pergi ke tidurku.

Esoknya, aku ada latihan berenang di suatu tempat yang sama sekali tidak pernah kudatangi dan kuketahui, tetapi rasanya tempat itu sama sekali tidak asing bagiku saat itu. Aku merasa tiap latihan berenang, aku pergi ke sana. Latihan renang itu sama sekali aneh dan tidak membantuku untuk semakin pandai berenang. Hanya berputar-putar di kolam renang yang dangkal dan memasuki terowongan, rasanya seperti anak kecil. Namun, entah kenapa, setiap aku memasuki terowongan, aku selalu terbalik, seperti terbawa arus, dan tidak bisa berputar lagi sampai aku keluar dari terowongan itu.

Setelah latihan berenang, entah kenapa suasana berubah. Tempat latihan berenang itu ada di sekolahku yang dulu, ketika aku masih SD. Dan saat itu aku menggunakan seragam putih merah, seragam SD negeri. Anehnya, saat itu tampak ramai, tetapi tidak ada satupun yang kukenal, dan yang ada hanya Danya, temanku yang berada di SMP ku sekarang, dia tidak satu SD denganku. Namun, saat itu aku tidak merasa aneh, aku justru mengajak Danya ke kolam renang tempatku berlatih berenang untuk menyegarkan diri dari hari yang panas. Namun sayang, kolam renang itu kosong, tak ada air setetes pun, meskipun itu rasanya aneh tapi, aku biarkan saja.

Aku pergi ke luar SD ku itu. Di depan gerbang, ada kantin kecil dan toko pernak-pernik. Aku dan Danya berkeliling di sana. Yang ada di sana adalah anak-anak SD berseragam merah putih. Anehnya Danya pun terlihat sama, dia juga menggunakan seragam merah putih, sama sepertiku, padahal dia kan tidak satu SD denganku, aneh. Lalu, aku mendengar bel yang keras, sama seperti bel lonceng di SMP ku, tetapi tidak sama dengan bel di SD ku, di SD ku, tidak menggunakan bel lonceng.

Mulai dari sini, terjadi hal aneh. Aku mengetahui bahwa saat itu adalah mimpi. Aku dan Danya mendengar bel lonceng itu. Danya pun mengajakku masuk ke kelas, padahal waktu itu aku merasa sudah sore, bukan waktu masuk sekolah, tetapi waktu pulang sekolah. Namun, ternyata saat itu memang ada kelas.

"Zata, ayo ke kelas! Sudah bel tuh!" Ajak Danya.
"Eh... untuk apa? Ini kan hanya mimpi!" Jawabku.
"Bicara apa sih? Ayo!" Kata Danya sambil berlari kembali ke kelas. Aku yang bingung melihat Danya pun ikut ke kelas, karena aku tidak mau ditinggal sendiri. Orang yang kukenal saat itu dan di tempat itu hanya Danya. Aneh tapi, aku yang pasrah tidak mempedulikannya. Aku hanya ikut dengan Danya.

Di kelas, pelajaran dimulai. Aku duduk di bangku. Danya berada di belakangku. Di belakang Danya ada seorang anak laki-laki, yang saat itu, aku merasa mengenalinya, tetapi, sebenarnya aku sama sekali tidak mengetahuinya, bahkan namanya. Di belakang anak laki-laki itu, ada Vania, teman SMP ku juga. Ini mulai aneh, dan aku bosan dengan pelajaran aneh ini, karena ini hanya mimpi.

Pelajaran yang dipelajari saat itu "tampak seperti" Matematika karena aku melihat rumus-rumus dan angka-angka, yang sama sekali tidak pernah kupelajari di SD. Padahal, bukannya menyombongkan diri, aku paling ahli Matematika, dan sudah banyak rumus yang kupelajari di Kumon. Apalagi pelajaran SD, tentu aku ingat. Maka aku pun mulai bosan dengan pelajaran ini. Aku yang mengetahui hal itu hanya mimpi, berusaha membuka mataku.

Aku merasa aneh, rasanya aku benar-benar merasa mimpi itu sangat nyata saat itu. Namun, aku tetap percaya ini hanyalah mimpi. Aku pun berusaha melawan mimpiku dan berusaha membuka mata, meskipun rasanya berat sekali. Aku masih merasa mengantuk, memang, untuk saat itu. Namun, aku ingin membuka mataku karena aku ingin pergi dari mimpi membosankan ini. Berat, berat, tetapi lama-kelamaan aku bisa membuka mataku. Padahal di mimpi, tentulah aku tidak merasa mataku terpejam. Namun, saat berusaha membuka mata, aku merasakan aku mulai membuka mataku. Dan aku pun terbangun, saat itu sudah siang, wajar, aku selalu tertidur malam dan terbangun siang hari ketika libur. (Aku pun merasa lega, aku sudah terbangun, aku sudah kembali ke tempat tidurku dan aku sudah kembali bisa melihat pandangan yang kulihat sambil tiduran di kasur).

Sabtu, 01 Maret 2008

FieldTrip 2008

Pada tanggal 29-2-2008, sekolah saya mengadakan FieldTrip ke sekolah rusak. Kami akan melakukan Community Work, atau lebih dikenal dengan "bakti sosial". Sekolah rusak yang kami tuju berada di Cilebut, Bogor. Nama sekolah itu adalah SDN 03 Cilebut, Bogor. Kami harus bersiap-siap untuk hari itu.

Pagi hari, sekitar pukul 6, saya sampai di sekolah. Semuanya harus datang pagi karena kami akan berkumpul pukul 6.30. Saat saya sampai, di sana sudah ada Vania, teman baik saya. Di sana juga ada murid-murid lain. Beberapa yang saya kenal dan duduk di sebelah saya dan Vania adalah Ayu, teman sekelasku, Nadya, dan juga Salsa. Sebenarnya sudah ada beberapa murid yang lainnya lagi.

Tak lama kemudian, Nitia, yang juga teman baik saya, datang. Beberapa menit setelah itu, guru-guru 6-7 terlihat turun dari atas ke Lobby. Semua duduk di meja registrasi yang sudah disiapkan sejak hari sebelum itu. Setelah itu, murid-murid yang sudah datang langsung registrasi ke guru kelas masing-masing. Setelah registrasi, semua murid harus meletakkan barang-barang masing-masing di belakang guru kelas masing-masing.

Setelah itu, kami, saya, Nitia, dan Vania, bertanya kepada guru kami, Ms. Arie.

"Ms, kita kumpul di mana?" salah satu dari kami bertanya.
"Di student lounge" jawab Ms. Arie.
"Hmmm?" pikirku bingung (saya tahu tempatnya, tapi tak tahu namanya).
"Di lantai 4! tempat snack!" Nitia memberi tahu.

Setelah tahu, kami bertiga langsung berlari menuju student lounge. Kami berlari menaiki tangga 4 lantai. Saya berada di belakang Vania. Nitia ada di belakangku. Saya melihat saya dan Vania meloncati 1 anak tangga setiap melangkah. Saya kira sepertinya Nitia pun juga begitu. Namun, karena dia berada di belakangku, saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. Saya merasa lelah berlari menaiki tangga 4 lantai, tetapi karena senang, jadi tidak apa-apa.

Sesampainya di Student Lounge, Nitia membuka pintu sambil bergaya karena di situ belum ada siapapun. Tadinya kami bertiga hanya ingin berjalan bersama-sama bertiga saja. Namun, ternyata Ayu mengikuti dari belakang. Kami agak kesal, bukan karena bukan hanya kita bertiga yang pertama datang ke Student Lounge. Namun kami kesal karena Ayu terus mengikuti kami, seolah dia adalah sahabat kami.

Di Student Lounge, kami duduk di sofa. Lambat laun murid-murid lain mulai datang. Danya ke mana nih? kok tumben yah lama. Begitu pikirku dan teman-teman saya. Setelah mulai ramai, kami berpindah tempat duduk. Setelah agak lama mengobrol dengan yang lain, lalu...

"Eh!! itu Danya!" Teriak Vania.
"Eh, iya!" Nitia menanggapi.
"Eh, iya... Eh mana?" kataku yang masih belum melihat Danya.

Setelah itu kami bertiga berlari keluar untuk menemui Danya. Lalu Danya menanggapi rambutku yang diikat. Memang, selama sekolah di High/Scope, sekolahku sekarang, saya belum pernah mengikat atau pun menjepit rambut saya. Terus terang, saya bukan orang yang suka mengurusi rambut. Saya hanya menyisir rambut setelah mandi. Jadi, meskipun rambut saya berantakan, bila tidak setelah mandi, saya tidak menyisir rambut saya.

Beberapa lama setelah itu, perkumpulan dimulai di Student Lounge. Kami duduk di lantai. Di sana, Mr. Maxi memberi tahu bahwa acara ini nantinya akan diliput oleh Trans 7 dan akan ada murid yang ditanyai oleh reporter. Sebenarnya, saya tidak terlalu percaya itu. Meskipun saya agak senang karena acara ini (dan sekolah saya) masuk televisi. Setelah itu Mr. Maxi memberi tahu bus masing-masing. Ternyata bus ini dipisah per kelas. Kelas saya berada di bus 5.

Di bus, saya duduk bersama Danya, di bangku paling depan. Kami menunggu semuanya untuk masuk ke bus masing-masing. Dari jendela, saya bisa melihat Ms. Arie, guru kelas saya, masih berlalu lalang mengecek semua bus apakah semua murid sudah berada di bus masing-masing (tampaknya seperti itu). Lalu, kami melihat Ms. Krisna, guru Math saya, masuk ke bus di sebelah bus kelas saya sambil membawa poster-poster yang sudah dibuat untuk diajarkan nantinya di sana. Andy, guru kelas saya juga, sudah berada di dalam bus. Dia duduk di belakang bangku saya.

Setelah beberapa lama, Ms. Arie masuk ke bus. Security dan orang yang berhubungan dengan bus lain sudah di dalam. Supir bus pun sudah siap untuk mengendarai busnya. Setelah bus yang ada di depan kami (yang sepertinya adalah bus 4) sudah melaju, bus kami pun mengikutinya dari belakang. Supir bus ini tidak tahu jalan, sehingga saat akan keluar sekolah, kami salah jalan dan menjadi terlambat mengikuti yang lain. Ms. Arie agak panik karena bila tidak mengikuti bus yang ada di depan, tidak ada seorang pun yang ada di bus kami yang mengetahui jalan menuju tempat yang dituju.

Selama di perjalanan, kami melihat TV di bagian depan bus kami, tepat berada di depan tempatku duduk. Tadinya kami ingin menonton acara TV saja, tetapi sulit melihatnya karena akibat bergoyang, suara dan gambarnya menjadi kurang jelas. Akhirnya kami mendengarkan lagu saja. Namun, kami tidak bisa mendengarkan lagu dengan tenang. Andy yang memegang remote control nya berebut dengan kami untuk mendengarkan lagu. Yang lebih menyebalkannya lagi, ketika lagu belum selesai, Andy sudah menggantinya ke lagu lain. Akhirnya kami tak bisa tenang mendengarkan lagu. Saya hanya berbisik-bisik dan membicarakan sesuatu bersama Danya yang duduk di sebelah saya.

Sesampainya di sana, kami langsung menuruni bus. Namun, guru-guru memberi tahu, supaya tidak repot, lebih baik mengganti sepatu dengan sepatu boots dari awal. Maka, hampir seluruh dari kami kembali ke dalam bus dan mengganti sepatu kami dengan sepatu boots. Sepatu saya saya tinggal di bus agar tidak repot. Setelah selesai mengganti sepatu, semua keluar dari bus. Kami berjalan agak ke depan dan berbaris per kelas.

Tak jauh dari situ, ada sebuah tempat semacam toilet umum. Sebelumnya banyak yang menahan buang air karena bila berhenti di tengah jalan, kami bisa tersesat karena tidak mengetahui jalan. Maka, saat itu banyak yang pergi ke toilet. Setelah Danya dan Nitia kembali dari toilet, mereka berkomentar bahwa toilet yang mereka masuki itu kotor dan bau. Beberapa murid yang lain yang baru saja kembali dari toilet itu pun berkomentar sama. Saya sih, dari awal tidak berniat untuk pergi ke toilet selama di sana. Jadi saya tahan saja, toh tidak terlalu kebelet ini.

Setelah semuanya kembali dari toilet, saat semua murid sudah lengkap, kami menyusuri jalan-jalan kecil untuk menuju ke sekolah rusak yang kami tuju. Sesampainya di sekolah itu, semuanya berbaris di lapangan sekolah itu yang tidak terlalu besar. Murid-murid High/Scope berbaris di antara murid-murid SDN 03 Cilebut. Setelah itu kami disuruh membuat lingkaran besar. Lalu membuat lingkaran-lingkaran kecil yang beranggotakan 5 murid High/Scope dan 5 murid SDN 03 Cilebut. Setelah itu, kami disuruh untuk berkenalan satu sama lain. Sebenarnya, meskipun saya berkenalan dengan mereka, tapi tidak kuingat namanya benar-benar.

Setelah itu, sekitar pukul 9.30, kami Snack. Setelah Snack, semua murid High/Scope akan bersiap-siap untuk mengajarkan Math dan English yang sudah dipersiapkan dari awal. Pada saat Math, kami menggunakan poster yang dibawa oleh Ms. Krisna tadi untuk mengajarkan ataupun mempresentasikannya pada murid-murid SDN 03 Cilebut. Setelah semuanya selesai mengajarkan Math, waktunya untuk mengajarkan English. Kami mengajarkan conversation atau pun pembicaraan dalam perkenalan. Setelah semuanya selesai mengajarkan conversation dalam perkenalan dalam bahasa Inggris kepada murid-murid SDN 03 Cilebut, kami lunch.

Pada saat Lunch, saya tidak terlalu merasa lapar. Saya sedang tidak ada selera sama sekali untuk makan. Sepertinya saya sudah tahu penyebabnya. Bukannya saya manja atau pun sombong, tetapi saat itu tempatnya (bagi saya) sangat menunda selera makan saya. Saya tidak bisa mengatakan bagaimana tempat itu tetapi bagi para pembaca pasti sudah mengerti bagaimana kondisi saat itu yang sangat membuat selera makan saya hilang. Akhirnya, saya hanya makan nasi dan daging (yang hanya sedikit), dan kerupuk.

Setelah makan siang ataupun lunch, kami berbaris lagi. Kami dibagikan kelompok untuk bekerja sesuai kelompok yang sudah diberikan. Saya sekelompok bersama Danya, tetapi tidak bersama Nitia dan Vania. Kelompok saya bertugas untuk menggali lubang untuk selokan. Untuk para cowok, semuanya akan mencoba untuk menggali pinggiran lapangan dengan cangkul yang sudah diberikan untuk membuat lubang selokan. Tugas kami, para perempuan, tidak sama dengan para cowok, tetapi bila ada yang mau mencoba menggali sih, sebenarnya boleh-boleh saja.

Kami menggunakan sarung tangan plastik agar tangan tidak kotor. Kami para perempuan bertugas untuk membuang tanah galian. Setelah tanah galian diambil, maka kami harus memasukkannya ke dalam ember yang sudah disediakan dan membuangnya di tempat yang sudah ditentukan. Saya sebenarnya lebih menyukai mengambil tanah galian dan memasukkannya ke dalam ember daripada mondar-mandir membawa ember yang berisi tanah galian dan membuang tanah galian yang ada di dalam ember itu.

Setelah beberapa lama, saya mulai keasyikan. Sehingga meskipun sudah cukup lelah dan haus, saya masih bersemangat untuk mengambil tanah galian.

"Lama-lama asyik juga ya?" kataku pada Danya yang ada di sebelahku.
"Iya, tadinya bingung mau ngapain, tapi sekarang jadi asyik!" Danya menanggapi.

Setelah lama kami makin lama makin haus dan lelah. Saya beristirahat sebentar, lalu bekerja lagi. Makin lama kami pun makin bosan. Sehingga pada akhir-akhir, semuanya diperbolehkan untuk minum, namun tetap melanjutkan bekerja karena pekerjaan belum selesai.

"Lama-lama bosen ya?" kataku pada Danya.
"Iya, tadi padahal udah keasyikan, tapi lama-lama bosen juga ya?" Kata Danya menanggapi perkataan saya.

Setelah lama, kami mencuci tangan kami dan mengambil Snack dan minum. Kami beristirahat sambil makan Snack dan minum untuk menghilangkan haus yang sudah ditahan dari tadi. Kami mengobrol dan tertawa-tawa sambil makan. Saya makan bersama Danya, Nitia, Vania, Sekar, Jesse, (dan kalau tidak salah)Audrey, dan Bila. Karena kami sangat lelah, rasanya ingin duduk. Maka kami pun pangku-pangkuan, karena kami pangku-pangkuan (yang bermain-main) itulah yang membuat kami tertawa-tawa.

Pada puncak acara, semuanya berbaris. Setelah itu, kami memberikan kenang-kenangan untuk SDN 03 Cilebut. Kami juga memberikan 1 unit komputer. Setelah memberikan kenang-kenangan, salah seorang dari sekolah High/Scope dan SDN 03 Cilebut mewakili sekolah masing-masing untuk memberi kesan dan pesan setelah melakukan community work di SDN 03 Cilebut ini. Setelah itu, kami bersalam-salaman dengan guru-guru SDN 03 Cilebut dan murid-murid SDN 03 Cilebut bersalam-salaman dengan guru-guru High/Scope.

Setelah bersalam-salaman, semua murid-murid High/Scope kembali ke bus masing-masing. Andy tampaknya lelah sekali karena saat di bus diam saja (biasanya dia ribut seolah dia menjadi salah satu teman kami, bukan guru). Kami tadinya mau menonton TV di bus, namun karena penyebab yang sama, kami mendengarkan lagu saja. Kali ini kami tidak diganggu Andy karena remote control yang mengontrol musik itu tidak dipegang oleh Andy, melainkan dipegang oleh Ms. Arie.

Semuanya tertawa-tawa di belakang. Saya dan Danya berada di bangku paling depan, sehingga tidak tahu apa yang dibicarakan sehingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Karena itu, sepanjang jalan, ketika yang lain masih segar bugar dan mengobrol, saya menghadap ke belakang agar saya juga kebagian hal yang dibicarakan dan ikut tertawa. Vania yang duduk di belakang bangku Bila, menyanyi-nyanyi sambil bercanda dan mengganggui Bila. Bila pun menanggapi candaan Vania dengan lucu. Maka, saya pun ikut tertawa terbahak-bahak melihat wajah Vania dan Bila yang sangat lucu.

Setelah sampai di sekolah High/Scope, guru-guru langsung kembali ke meja registrasi untuk meng- sign out murid-murid yang akan pulang. Banyak sekali yang dari tadi menahan buang air dan langsung berlari ke toilet yang berada di lantai 1 di dekat meja-meja registrasi. Saya pun termasuk orang yang langsung lari ke toilet bersama Danya. Saat itu Vania sudah dijemput, tapi karena saya dan Danya di toilet, maka kami tidak mengetahuinya. Kami mengetahuinya dari Nitia yang memberitahu.

Beberapa saat setelah itu, Danya dijemput dan langsung Sign Out. Seperti biasa, karena Danya selalu dijemput paling awal saat pulang sekolah, saya berpura-pura kesal (bercanda-canda).

"Ih, Danya curang ih! Selalu dijemput cepet!" kataku berpura-pura marah.
"Dah Zata, dah Nitia, pulang dulu ya?" kata Danya yang tampaknya tidak mendengar perkataanku karena ramai.

Beberapa lama kemudian, saya bingung harus melakukan apa bila harus Sign Out dahulu sebelum pulang. Maka, saat itu saya meminjam handphone milik Mr. Bob untuk menelpon ke rumah apabila sudah dijemput, harus datang ke lobby dulu untuk sign out. Setelah tak lama kemudian, supir saya datang ke lobby dan langsung Sign Out.

"Dah Nit! Pulang dulu ya!" kataku.
"Dah!" balas Nitia.

Karena sejak pagi saya mengantuk, dan setelah selesai kegiatan saya makin mengantuk dan lelah, saya pun tertidur di mobil. Sesampainya di rumah, saya langsung makan. Tak lama sehabis makan, saya langsung tertidur lelap dan sama sekali tidak bermimpi (saya tertidur sangat lama sekali dan tidak bermimpi, artinya saya sangat lelah dan mengantuk sekali).